Penyamakan Kulit

Kamis, 27 Agustus 2009

Bisnis kulit memang menguntungkan karena pasar masih terbuka lebar. Namun untuk memulainya, pengusaha membutuhkan modal besar. Dengan modal Rp 200 juta, pengusaha hanya dapat memiliki 4 molen dan dikategorikan sebagai pengusaha kecil. Namun, bisnis penyamakan kulit tidak harus memiliki mesin yang banyak. Pengusaha yang tidak memiliki modal peralatan yang cukup dapat menggunakan mesin milik pengusaha besar asal memberikan bayaran yang sesuai.

Selain mesin, pengusaha pun harus membeli bahan-bahan kimia untuk proses penyamakan kulit. Bahan-bahan kimia tersebut harganya sangat mahal karena sebagian besar masih impor dari Eropa. Hanya kapur dan garam yang tidak perlu impor, sedangkan sisanya yang mencapai 60% dari kebutuhan harus mengimpor. Namun, keuntungan yang diperoleh pun dapat selangit bila pengusaha mampu membaca peta pasar.

Menurut seorang pengusaha, Moch. Yusuf Tojiri, pasar masih sangat luas. Jangankan untuk pasar internasional, pasar lokal dan nasional pun masih memiliki banyak celah. Namun, bagi pengusaha kecil masih sulit untuk mencari celahnya. Keterbatasan dana pun masih menjadi masalah. Ketika ada pesanan yang cukup besar, mereka terpaksa menolaknya karena modal tidak mencukupi. Bagi pengusaha kecil, hingga saat ini masih sangat berat untuk tetap bertahan. Selain terbatasnya kualitas dan kuantitas hasil produksi, mereka pun minim akses terhadap pasar yang lebih luas. Barang hasil produksi mereka hanya untuk memenuhi pasar lokal.

Namun berbeda bagi pengusaha besar, gairah kebangkitan mulai terasa. Mereka mampu menjual hasil produksinya ke hampir seluruh tempat di Indonesia, bahkan sudah diekspor melalui perusahaan pengekspor ke beberapa negara seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan Cina.

Proses dalam industri penyamakan kulit bertujuan untuk merubah kulit hewan menjadi lembaran-lembaran kulit jadi yang siap untuk dipergunakan menjadi bahan baku produk kulit
seperti : sepatu, tas, kerajinan, dll.

Walaupun terlihat cukup prospektif, menurut para perajin dan pengusaha toko, bisnis
kerajinan kulit sedang lesu. Ketika awal perkembangannya, bisnis ini sempat menghasilkan
keuntungan besar bagi pengusahanya karena belum banyak saingan. Namun, seiring dengan
pertumbuhan jumlahnya, persaingan sering dikatakan tidak sehat lagi. Saat ini persaingan
bukan lagi dari kualitas barang, tetapi pada harga sehingga sering terjadi saling banting harga
antar sesama pengusaha.

Hambatan lainnya adalah masalah permodalan dan pasar. Mereka mengharapkan agar
pemerintah membantu membuka pasar dan mempermudah permodalan. Dulu, pasar cukup
baik karena konsumen datang sendiri ke tempat usaha mereka. Namun sejak krisis ekonomi,
pendatang semakin sepi. Kalaupun ada yang datang, mereka hanya mencari barang yang
murah dan tidak terlalu memerhatikan kualitas.

Selain tantangan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan membuka pasar, ada satu hal
lagi yang juga menjadi tantangan bagi para pengusaha kulit. Persoalan limbah sering kali
menjadi isu penting. Sejak digunakannya bahan kimia untuk penyamakan kulit, pada saat itu
pula persoalan limbah muncul. Bahan chroom yang digunakan untuk menyamak kulit ternyata
sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama sekali pada kulit manusia. Protes pun mulai
bermunculan karena banyaknya warga di daerah hilir sungai yang mengalami gangguan
kesehatan kulit. Persoalan limbah ini memunculkan ide dan rencana-rencana untuk
mengantisipasi peningkatan jumlah limbah yang dibuang ke sungai.

Alat dan mesin yang digunakan dalam melakukan proses penyamakan adalah sebagai berikut :
  • Timbangan, berfungsi untuk mengetahui berat kulit dan bahan-bahan kimi yang akan digunakan.
  • Pisau seset atau pisau fleshing, digunakan untuk membuang daging yang masih melekat pada kulit saat proses buang daging.
  • Papan kuda-kuda, digunakan untuk meniriskan atau menggantung kulit setelah proses penyamakan
  • Papan pentang, digunakan untuk mementang kulit agar kulit lebih lemas dan memperoleh luas yang maksimal.
  • Mesin ampelas, digunakan untuk meratakan bagian dalam kulit sehingga diperoleh kulit yang lebih tipis dan lemas.
  • Meja dan papan staking, digunakan untuk melemaskan dan menghaluskan kulit yang dikerjakan secara manual.
  • Drum milling, digunakan untuk melemaskan dan menghaluskan kulit yang telah disamak.
  • Drum putar (Tannning Drum), digunakan pada proses perendaman, pencucian, serta proses-proses lain yang mengunakan air dan bahan-bahan kimia.
  • Alat-alat lain yang digunakan adalah spraying, ember, corong plastik, selang air, gunting, pisau dan kertas pH.

Proses Penyamakan Kulit

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses pengolahan kulit adalah sebagai berikut :

• Sortasi dan penimbangan

Merupakan tahap persiapan kulit sebelum dilakukan proses penyamakan. Tahap ini
merupakan tahap dimana kulit diseleksi untuk menetukan mana kulit yang layak untuk diproses. Setelah dilakukan seleksi maka kulit di timbang.

• Proses perendaman (Soaking)

Perendaman bertujuan untuk melemaskan kulit terutama kulir kering, sehingga mendekati
kulit hewan yang baru lepas dari badannya. Perendaman juga bertujuan untuk membuang
darah, feces, tanah dan bahan atau zat-zat asing yang tidak hilang pada waktu pengawetan.
Bahan yang digunakan adalah air, teepol, soda abu.

• Proses pengapuran (Liming)

Tujuan dari pengapuran adalah untuk membengkakkan kulit, mempermudah pembuangan
bulu, epidermis dan lain-lain selama 24 jam. Bahan yang digunakan adalah air, natrium

sulfida, kapur.

• Proses buang daging (Fleshing)
Kulit yang masih terdapat daging dihilangkan dengan pisau seset atau dengan mesin buang
daging.

• Proses pengapuran ulang (Relimming)

Bertujuan untuk menghilangkan bulu dan zat-zat yang masih tertinggal pada kulit pada proses
pengapuran. Bahan yang digunakan adalah air, dan kapur.

• Proses buang kapur (Delimming)

Proses buang kapur ini bertujuan untuk membuang sisa-sisa kapur, baik yang terikat maupun
tidak terikat dalam kulit. Bahan yang digunakan antara lain air, ZA, H2SO4 yang telah

diencerkan 10X dengan air.

• Proses pengikisan protein (Bating)

Proses ini bertujuan untuk memecahkan zat kulit dengan khemikalia yang mengandung
protein. Bahan bating yang digunakan adalah oropon.

• Proses pembuangan lemak (Degreasing)

Bertujuan untuk membuang sisa-sisa lemak baik setelah pickle maupun sebelum proses
penyamakan.bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain iragol Daatau sandopan DTC.

• Proses pengasaman (Pickling)

Bertujuan untuk mengasamkan kulit pada pH 3 – 3,5. bahan pickle berasal dari asam-asam
organik lemah seperti format dan laktat, selainitu juga menggunakan air, garam, HCOOH dan
H2SO4.

• Proses penyamakan (Tanning)

Tanning bertujuan untuk menghindari kekakuan dan kekerasan kulit, sehingga kulit tetap
lemas ketika dalam keadaan kering dan dapat bertahan lama. Bahan-bahan yang digunakan
dalam proses ini diantaranya adalah mimosa, krom, formalin, Na2CO3.

• Proses penggantungan (Aging)

Setelah proses tanning maka kulit akan mengalami proses aging, dimana kulit digantungkan
di atas kuda-kuda kayu dan biarkan agak kering tanpa penjemuran dengan sinar matahari.
Setelah itu kulit ditimbang dan di cuci selama 15 menit.

• Proses netralisasi (Neutralization)

Bertujuan untuk menetralkan asam bebas yang berada pada kulit. Bahan-bahan yang dipakai
untuk netralisasi yaitu bahan-bahan yang bersifat alkalis.

• Proses penyamakan ulang (Retanning)

Penyamakan ulang dimaksudkan untuk memberikan sifat unggul yang lebih baik yang dimiliki
bahan penyamak lain. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah bahan penyamak
sintesis, nabati atau mineral.

• Proses pewarnaan dasar (Dyeing)

Proses ini bertujuan untuk memberikan warna dasar pada kulit tersamak agar dapat
memperindah penampakan kulit jadi. Bahan yang digunakan antara lain air, leveling agent, cat
dasar, asam formiat.

• Proses peminyakan (Fat Liquoring)

Proses peminyakan bertujuan untuk mendapatkan kulit samak yang lebih tahan terhadap
gaya tarikan atau gaya mekanik lainnya, disamping itu untuk menjaga serat kulit agar tidak
lengket satu dengan lainnya, sehingga kulit lebih lunak dan lemas. Bahan yang digunakan
adalah air, minyak sulphonasi dan ditambahkan anti jamur.

• Proses fixasi (Fixation)

Proses ini bertujuan untuk memecahkan emulsi minyak dan air sehingga airnya mudah
menguap pada saat dikeringkan. Bahan kimia yang digunakan adalah HCOOH yang telah
diencerkan 10X dengan air, dan ditambahkan anti jamur.

• Proses pengeringan (Drying)

Tujuan dari proses pengeringan ini adalah mengurangi kadar air bebas di dalam kulit secara
bertahap tanpa merusak kulit, zat penyamak dan minyak yang ada di dalam kulit, caranya
dengan menggantung kulit pada kuda-kuda kayu dan diangin-anginkan.

• Proses penyelesaian

Pada proses ini kulit di beri binder, pigment, penetrator, filler, wax, thinner atau lack sesuai
dengan tujuan penggunaan kulit samak tersebut. Kulit yang telah di cat dan dikeringkan lalu
disetrika atau diembosh untuk memberi motif pada permukaan kulit dan memperindah
penampakannya

Faktor utama dan pendukung industi pengolahan kulit:
  1. Permintaan akan kebutuhan bahan baku kulit bagi peusahaan besar yang sangat banyak
  2. Tersedianya bahan baku didaerah tersebut menyebabkan Industri kulit dapat berkembang dan menjadi mata pencaharian di daerah tersebut.
  3. Berada di daerah tropis yang memiliki kelembapan rendah dapat mendukung dalam pengolahan khususnya proses penjemuran
  4. Industri kulit merupakan industri yang menjanjikan bila dikelola dengan baik.

Proses Produksi

Proses dalam industri penyamakan kulit bertujuan untuk merubah kulit hewan menjadi
lembaran-lembaran kulit jadi yang siap untuk dipergunakan menjadi bahan baku produk kulit
seperti : sepatu, tas, kerajinan, dll.

Proses dalam industri penyamakan kulit dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

• beamhouse process
• tanhouse, dan
• finishing process.

Proses penyamakan kulit terdiri atas beberapa tahap pemrosesan. Tahap awal pemrosesan
menggunakan mesin Moln dan mesin Splitting. Mesin Moln memiliki kemampuan mengolah
sejumlah kulit mentah sekaligus dalam sekali proses sebagai sebuah batch. Ukuran batch
dibatasi oleh kapasitas Mesin Moln. Sedangkan Mesin Splitting mengolah kulit lembar per
lembar. Dengan demikian, pada proses penyamakan kulit mengalami dua jenis pemrosesan,
pemrosesan secara batch pada mesin Moln dan secara job (lembar per lembar) pada mesin
Splitting. Dengan perkataan lain, mesin Moln merupakan mesin pengolah batch (batch
processing machine) dan mesin Splitting merupakan mesin pengolah job (discrete machine).

Pada prakteknya penggunaan dua jenis mesin ini memerlukan metoda penjadwalan yang baik agar tidak terjadi tumpukan kulit yang menunggu untuk diproses. Kegiatan penjadwalan yang diperlukan meliputi pengelompokkan produk ke dalam batch (batching), pengurutan pengerjaan batch yang dihasilkan dan pengurutan pengerjaan produk pada mesin pengolah job.

Dibutuhkan model penjadwalan produk yang menggunakan mesin pengolah batch dan mesin pengolah job pada sistem manufakturnya. Adapun tipe sistem manufakturnya bertipe
flowshop. Model yang dihasilkan merupakan pengembangan dari model Mixed Integer
Programing dari Ahmadi et al [1992]. Terdapat empat model yang dihasilkan.
Model 1 adalah model penjadwalan flowshop dua tahap dengan routing dari mesin pengolah batch ke mesin pengolah job.
Model 2, penjadwalan flowshop dua tahap dengan routing dari mesin pengolah job ke mesin pengolah batch.
Model 3 adalah model penjadwalan flowshop tiga tahap dengan routing dari mesin pengolah batch A kemudian ke mesin pengolah job dan terakhir ke mesin pengolah batch B.
Model 4 adalah model penjadwalan flowshop tiga tahap dengan routing dari mesin pengolah job A kemudian ke mesin pengolah batch dan terakhir ke mesin pengolah job

B. Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Industri Penyamakan Kulit

Industri Penyamakan Kulit yang menggunakan proses Chrome Tanning menghasilkan limbah cair yang mengandung Krom. Krom yang dihasilkan adalah krom bervalensi 3+ (trivalen) yang diperoleh dari proses penyamakan Krom (chrome tanning). Limbah cair maupun lumpurnya yang mengandung Krom Trivalen ini dapat membahayakan lingkungan karena Krom Trivalen dapat berubah menjadi Krom Heksavalen pada kondisi basa yang merupakan jenis limbah B3 yang dapat membahayakan bagi kesehatan.

Jenis Limbah

Dari proses penyamakan kulit secara garis besar limbah industri penyamakan kulit dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Limbah Cair
2. Limbah Padat
3. Limbah Gas

Penanganan Limbah

1. Penerapan Cleaner Production

Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu dilaksanakan secara terus menerus pada proses produksi sehingga mengurangi resiko negative terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih pada proses produksi berarti meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya, serta mengganti atau mengurangi jumlah dan toksisitas seluruh emisi dan limbah sebelum keluar dari proses. Pencegahan, pengurangan, dan penghilangan limbah atau bahan pencemaran pada sumbernya merupakan elemen utama dari produksi bersih. Kegiatan yang merupakan penerapan produksi bersih adalah:

• Penghematan pemakaian air pencucian/pembilasan
• Penghematan pemakaian zat kimia, misalkan penyamakan menggunakan garam krom dengan kadar larutan cukup dengan 8% tidak perlu dipakai 12%
• Modifikasi proses, seperti pada proses pengapuran menggunakan drum dengan jumlah bahan-bahan yang dipakai dapat dikurangi (air, kapur, sulfida) atau dengan pemisahan cairan pada proses buang bulu dan pengapuran.
• Pemakaian teknologi dan peralatan yang tepat.

2. Pemisahan Krom

Krom dapat dipisahkan dari cairan buangan dengan jalan mengendapkan kembali sebagai Krom Hidroksida dengan jalan penyaringan yang kemudian di daur ulang dengan cara sbb: Air buangan dari penyamakan kromdan air pencucian (sebanyak 2 x 100% air) yang sudah bebas dari padatan diberi larutan magnesium hidroksida, dan diendapkan kira-kira 10 jam, yang kemudian cairan dipindahkan ke bak lain (dengan pipa penyedot, tetapi jangan sampai endapannya ikut tesedot). Cairan tersebut bila benar-benar bebas dari endapan akan mengandung Krom kurang dari 2 ppm sehingga bias langsung dibuang atau dipakai untuk daur ulang.

Endapan yang terjadi kemudian ditambah asam sulphat yang sesuai, endapan tersebut akan larut dalam waktu sekitar 15 menit dan akan memberikan suatu larutan Krom sebesar 50 gram krom oksida/liter. Pada daur ulang proses selanjutnya masih membutuhkan penambahan Krom kira-kira sejumlah 30%.

3. Pemanfaatan Limbah

Limbah padat dapat digunakan untuk :
• pakan ternak
• pupuk
• lem kayu
• asbes, hardboard
• Bahan pembuat karpet


Sumber
  1. Judoamidjodjo, Mulyono. 1981. Defek-defek Pada Kulit Mentah dan Kulit Samak. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
  2. Purnomo, B. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta.
  3. Sumarmi, Bambang Oetoyo, Sri Untari, Widari, Rifan, Hadi, Muhtar Lutfi, Hasan Basamalah,Herryanto. 1989. Pedoman Pengawetan Kulit Mentah. BBKKP. Kanisius. Yogyakarta.
Sumber

  1. Judoamidjodjo, Mulyono. 1981. Defek-defek Pada Kulit Mentah dan Kulit Samak. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
  2. Purnomo, B. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta.
  3. Sumarmi, Bambang Oetoyo, Sri Untari, Widari, Rifan, Hadi, Muhtar Lutfi, Hasan Basamalah,Herryanto. 1989. Pedoman Pengawetan Kulit Mentah. BBKKP. Kanisius. Yogyakarta.
http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2005-yusufmaulu-1815
http://majalah-handicraft.jogja.com/?UncgL0ZlWjNWRi9JblVkUmhOIHk%3D=
http://www.dkp.go.id/content.php?c=2387
http://www.dprin.go.id/data/industry/abstech/abs_0407.htm
http://www.garut.go.id/dynamic__news_body_print.php?id_news=141
http://www.menlh.go.id/usaha-kecil/index-view.php?sub=7
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0302/06/ekonomi/116464.htm
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0302/19/jatim/137689.htm
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/13/0108.htm
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/13/0806.htm

dari : mindgreen.multiply.com/journal

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
Powered By Blogger