Mengeruk UNTUNG dari Asap Cair pada Bisnis Penyamakan Kulit

Kamis, 27 Agustus 2009

Industri penyemakan kulit merupakan industri yang cukup potensial sebagai penyumbang devisa Negara di Indonesia. Keberhasilan industri penyamakan kulit salah satunya sangat tergantung dari bahan baku kulit, baik kwalitas mapun kuantitas yang dihasilkan oleh ternak sapi, kerbau, domba, kambing dan ternak / hewan non konvensional lainnya seperti reptile, ikan, unggas, dll.

Kualitas kulit mentah sangat depengaruhi oleh beberapa factor antara lain yaitu cacat yang terdapat pada kulit, baik cacat biologis maupun mekanis. Cacat biologis disebabkan karena adanya cacat oleh bakteri, jamu, luka karena goresan sewaktu hewan digembala maupun diangkut. Sedang cacat meknis disebabkan adanya perlakuan terhadap kulit setelahhewan tersebut disembelih, yaitu terjadi goresan – goresan pisau dan lubang – lubang pada saat pengulitan hewan.

Tidak semuanya kulit mentah segar langsung dapat diproses oleh industri penyamakan kulit. Kulit tersebut biasanya dikumpulkan terlebih dahulu oleh para pengumpul kulit dengan perlakuan pengawetan agar kulit tersebut tidak busuk sebelum dibawa keindustri penyamakan kulit. Factor pengawetan kulit mentah pun menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas kulit mentah. Kulit mentah yang diawetkan dengan cara yang benar dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami perubahan yang berarti.

Tujuan pengawetan kulit mentah adalah untuk menghindari / mencegah agar kulit mentah tersebut tidak busuk karena terserang bakteri, tidak dimakan serangga serta tahan terhadap keadaan sekitarnya. Dasar dari pengawetan kulit adalah untuk mengurangi kadar air dalam kulit mentah sehingga mencapai batas minimum yang diperlukan oleh bakteri pembusuk untuk dapat hidup dan berkembang biak. Biasanya pengawetan kulit mentah dikerjakan dengan cara diracun kemudian dikeringkan, direndam dalam garam jenuh ( 20° – 24° Be ) selama kurang lebih 24 jam, dan ada pula dilakukan dengan ditaburi garam direndam dalam garam jenuh, dan dapat diawet degan cara diasamkan (pikel).

Perlakuan pengawetan kulit yang menggunakan asap cair sebagai pengganti racun berfungsi untuk mencegah adanya bakteri pembusuk, serangga dan jamur sehingga kulit tidak busuk dalam waktu yang lama. Dengan menggunakan asap cair diharapkan pengawetan ini tidak membahayakan bagi manusia dan lingkungan Karen tidak perlu menggunakann bahan kimia yang tidak ramah lingkungan.

Asap cair ynag digunakan sebagai bahan pengawt kulit diperoleh dari bahan kayu (tempurung kelapa) yang diproduksi dengan proses pirolisis pada suhu 400° C dan disertai kondensasi menggunakan air sebagai media pendingin. Proses ini akan menghasilkan asap cair yang mengandung senyawa asam, fenol dan karbonil yang merupakan senyawa fungsional dalam pengawetan bahan untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Aktivitas anti mikrobia asap cair dari berbagai macam kayu sangat tinggi. Pengenceran asp cair sampai dengan 100 kali masih menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap semua bakteri kecuali teradap pertumbuhan Salmonella Typhimoriu. Pada pH netral pengenceran asap cair sampai dengan 10 kali masih memperlihatkan penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri.

Dari data yang ada menunjukkan bahwa asap cair dari tempurung kelapa mempunyai aktivitas anti mikrobia paling tinggai dibanding dengan kayu – kayu lainnya (Purnomo Darmaji, dkk,1997). Fenol dan asam asetat merupakan senyawa anti mikrobia dalam asap cair tempurung kelapa yang masing – masing mempunyai konsentrasi 1,28 % dan 9,60 % (tranggono, dkk, 1997). Aktivitas anti bakteri dari asap cair terutama disebabkan adanya kombinasi antara komponen fungsional fenol dan asam organik yang bekerja secara sinergis mencegah dan mengontrol pertumbuhan mikroba ( paszczola dan Astuti 2000). Adanya fenol dengan titik didih tinggi dalam asap cair juga merupakan zat anti bakteri yang tinggi ( Astuti, 2000 ). Asap cair merupakan hasil limbah dari tempurung kelapa yang mempunyai sifat – sifat antara lain sebagai bahan pengawet anti jamur, dan lain – lain merupakan bahan yang ramah lingkungan.

Beberapa Negara yang merupakan konsumen kulit dari Indonesia telah mulai mensyaratkan adanya perhatian terhadap lingkungan ( penerapan ISO 14001 ) pada industri penyamakan kulit. Guna mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan cara mencari pengganti bahan – bahan kimia yang ramah ligkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya, yaitu antara dengan menggunakan asap cair. Karena penggunaan asap cair belum banyak diterapkan bahkan belum ada sama sekali, oleh para pengumpul kulit maupun industri penyamakan kulit untuk pengawetan kulit, maka penelitian terhadap asap cair perlu dilaksanakan sebagai pengganti bahan pengawet kimia. Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat membantu meringankan permasalahan yang dihadapi oleh para pengumpul kulit dan industri penyamakan kulit terutama dalam efisiensi produksi pengolahan lingkungan.

Dari percobaan yang telah dilakukan pada penyamakan kulit menggunakan asap cair dapat dilihat dari daftar berikut ini :

hasil pengamatan kurang dari 1 minggudengan menggunakan konsntrasi asap cari 5 %, 10% dan 15%

A. Konsentrasi 5%

1. Bulu sedikit rontok pada bagian pinggir perut
2. Bulu mudah dicabut pada pinggir bagian perut dan bagian kulit yang tipis
3. Sedikit ada jamur pada bagian kulit yang belum kering

B. Konsentrasi 10%

1. Bulu tidak ada yang rontok
2. Bulu sulit dicabut
3. Tidak ada kutu / ulat dibagian daging dan bulu pada kulit

C. Konsentrasi 15%

1. Bulu tidak ada yang rontok
2. Bulu sulut dicabut
3. Tidak ada kutu / ulat dibagian daging dan bulu pada kulit

bahkan sampai usia 3 bulan, hasil yang diperoleh seperti di bawah ini :

A. Konsentrasi 5%

1.

Bulu hampir disemua bagian mudah dicabut dan rontok
2.

Beberapa kutu yang sudah mulai ada diseluruh bagian kulit baik dibagian daging maupun bulu
3.

Bulu tidak ada yang rontok

B. Konsentrasi 10%

1.

Bulu sulit dicabut
2.

Tidak ada kutu dibagian daging dan bulu pada kulit
3.

Bulu tidak ada yang rontok

C. Konsentrasi 15%

1.

Bulu sulit dicabut
2.

Tidak ada kutu dibagian daging dan bulu pada kulit

Melihat hasil yang ada, penggunaan asap cair pada penyamakan kulit bisa disimpulkan sebagai berikut. Dan tentunya banyak keuntungan yang akan diperoleh antara lain:

1.

Asap cair dari bahan limbah tempurung kelapa dapat digunakan proses pengawetan kulit mentah.
2.

Asap cair dapat menggantikan obat – obatan kimia sebagai sebagai anti bakteri / jamur.
3.

Pemberian obat anti bakteri / jamur dapat digantikan dengan pemberian asap cair.
4.

Dengan menggunakan asap cair sebagai pengganti bahan kimia anti bakteri / jamur, maka akan dapat mengurangi sebagian pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan kimia yang tidak ramah lingkungan dalam proses pengawetan kulit.

Ok siapa yang mau coba…?

untuk pemesanan produk bisa menghubungi saya di

Untuk yang berminat, silahkan bisa memesan secara On line
Aplikasi pembayaran :
Kirim ke No Rek : 445-0961-391 an: Mansur Mashuri
BCA KCP Katamso Yogyakarta
Konfirmasi pembayaran :
email : mansur_mash@yahoo.com
blig : http://produkkelapa.wordpress.com
kantor : Jl. Nitikan Baru no 9 Yogyakarta
Contact Person : Mansur Mashuri (081328042283)

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
Powered By Blogger