Pasokan Kulit Tahun 2009 Aman

Kamis, 27 Agustus 2009

JAKARTA. Beberapa waktu lalu, sempat mencuat kekhawatiran akan minimnya bahan baku untuk industri penyamakan kulit tahun depan. Menyusutnya jumlah sapi lokal mau tak mau membikin bahan baku menjadi langka dan produksi menyusut hingga 60%.

Namun, kekhawatiran itu kini perlahan mulai tertepis. Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) dan Deptan kini malah sudah mengirimkan dokumen kajian untuk Timur Tengah, Chile, dan Peru. Agit berharap, dokumen itu rampung dibahas oleh ketiga negara tersebut pada semester I tahun 2009. Dus, pada semester berikutnya, kulit bisa langsung bisa diimpor ke Indonesia sehingga pabrik di Indonesia bisa berproduksi maksimal. "Jika ini berhasil, maka defisit kulit akan teratasi," kata Sekretaris Jenderal APKI Agit Punto Yuwono (8/10).

Tak hanya pada ketiga negara itu, APKI dan Departemen Pertanian (Deptan) kian gencar merayu sembilan negara agar Indonesia mendapat limpahan kulit ternak mereka. Yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yaman, Kuwait, Turki, Somalia, Nigeria, Kenya, dan Iran.

Menurut catatan Agit, ada sekitar 100 pabrik penyamakan kulit di Indonesia. Pabrik tersebut terbagi menjadi dua kelompok, yaitu yang mengolah kulit sapi dan kerbau; serta kulit kambing dan domba.

Kapasitas produksi pabrik kulit sapi 140 juta kaki persegi atau 5 juta lembar yang berarti 5 juta ekor. Sayangnya, jumlah sapi yang dipotong di Indonesia kini hanya 2 juta ekor dari populasi sapi dan kerbau yang mencapai 10 juta ekor. Itu sebabnya, industri penyamakan kulit kekurangan bahan baku sebanyak 3 juta lembar.

Sementara itu, kapasitas terpasang pabrik kulit kambing dan domba mencapai 100 juta kaki persegi atau 20 juta ekor. Sementara populasi kambing dan domba di Indonesia hanya 15 juta ekor dan hanya 5 juta yang dipotong. Artinya, Indonesia kekurangannya 15 juta lembar kulit atau 15 juta ekor lagi untuk memenuhi kapasitas terpasang pabrik pengolahan kulit kambing dan domba.

Tahun ini APKI dan pemerintah telah berhasil melobi dua negara, yakni Ethiopia dan Sudan untuk mengimpor bahan baku kulit kambing dan domba sebanyak 500.000 lembar. Sayangnya, komitmen kedua negara ini hanya untuk satu hingga dua tahun saja. Karenanya, APKI dan pemerintah tengah agresif untuk bernegosiasi dengan beberapa negara demi memenuhi pasokan tersebut.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian Zaenal Bachrudin membenarkan jika ia sedang mengupayakan untuk mengatasi kelangkaan kulit didalam negeri. "Semua sedang kita upayakan," katanya, singkat.



Abdul Wahid Fauzie,Femi Adi Soempeno
www.kontan.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
Powered By Blogger