Uni Eropa mungkin akan Masih Menerapkan Bea Masuk untuk Alas Kaki dari Cina & Vietnam

Minggu, 25 Oktober 2009

"Komisi Eropa sepertinya akan mengajukan perpanjangan 15 bulan terhadap bea masuk untuk sepatu buatan Cina dan Vietnam", demikian kata diplomat Uni Eropa, ditengah tentangan dari perusahaan-perusaha an sepatu terkemuka dan banyak pemerintahan negara-negara di Eropa.

Komisi ini beralasan bahwa perusahaan-perusaha an sepatu dari Cina dan Vietnam mengirimkan produknya ke Uni Eropa pada harga rendah yang tidak riil, khususnya dibandingkan dengan harga sepatu dari negara-negara berkembang lainnya seperti India, Brazil dan Indonesia.
Komisi ini juga berpandangan bahwa bea masuk yang cuma 16.5% terhadap sepatu-sepatu dari Cina dan 10% untuk yang dari Vietnam hanya membebani pembeli di Eropa 1.50 euro per pasang.

Korporasi global seperti Adidas dan salah satu pemasok utamanya, Yue Yuan Industrial Holding ( produsen sepatu berbasis di Hong Kong) berjuang keras untuk mengakhiri bea masuk yang diterapkan pada Oktober 2006 dan direncanakan berakhir tahun lalu. Tetapi pada Juni 2008 pabrik-pabrik sepatu Eropa meminta Komisi ini memperpanjang bea masuk dan ternyata dikabulkan.

Proposal dari Komisi ini akan disebarkan kepada pembuat sepatu dan pengimpor-pengimpor sepatu besar pada 9 Oktober 2009, demikian tutur pejabat resmi Uni Eropa. Hal ini akan didiskusikan dalam pertemuan pakar-pakar ekonomi Uni Eropa pada bulan November dan harus disetujui oleh Dewan Eropa (European Council). Apabila butir-butirnya telah jelas, peraturan ini akan mulai ditetapkan pada awal Januari 2010.

Masih belum jelas apakah Dewan Eropa akan menyetujui perpanjangan waktu untuk bea masuk ini atau tidak.
Pembuat-pembuat sepatu yang cenderung memiliki skala usaha kecil dan menengah terkonsentrasi di negara Italia, Portugal, Rumania, Spanyol dan Polandia. Pemerintahan- pemerintahan di negara tersebut, dan beberapa dari yang lain mendukung perpanjangan bea masuk tersebut, tetapi banyak negara Uni Eropa yang lain menentangnya. Bea masuk diterapkan pada sepatu kulit, di mana sepatu-sepatu jenis sneakers tidak termasuk.

Lebih dari satu dekade yang lalu, eksporter dari Cina dan Vietnam terpangkas pangsa pasarnya di Uni Eropa oleh pembuat sepatu dari Eropa, di mana telah mengalami penurunan menjadi 40-45% dari yang semula 60% pada tahun 2001. Pendukung bea masuk mengatakan bahwa ini untuk menghindari penurunan pangsa lebih lanjut bagi pembuat-pembuat sepatu dari Eropa. Kasus ini menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah Cina mengingat berjuta-juta rakyat Cina dipekerjakan di industri alas kaki. Sekitar 250.000 orang Eropa bekerja di industri produk kulit, yang sebagian besar bekerja di industri pembuat sepatu.

oleh : Aji Susilo
Diterjemahkan dari www.leathermag. com edisi 9 Oktober 2009.
Sumber : Dow Jones newswires

Penyamakan Kulit di Jawa tahun 1817

Jumat, 23 Oktober 2009

Agung Wicaksono*

Penduduk Jawa, seperti juga penduduk wilayah lain, telah mengenal teknik penyamakan kulit sejak dahulu kala, tetapi teknik penyamakan yang lebih kompleks dan lebih kuat hanya dikenal lewat interaksinya dengan bangsa Eropa. Saat ini teknik penyamakan kulit telah maju. Ada dua jenis pohon yang kulit pohonnya biasa digunakan untuk menyamak, yaitu jenis tumbuhan di pantai dan jenis lain tumbuh di pedalaman. Kedua jenis pohon ini dan tambahan pohon jenis lain menghasilkan bahan penyamak nabati yang berkualitas baik. Kulit yang telah disamak dibuat sepatu, kantong, pelana, keperluan berkuda, dan lain-lain. Pembuatannya ada dibeberapa distrik, terutama di Surakerta, dimana harganya cukup murah dan jenisnya banyak. Teknik pembuatannya tidak lebih buruk dari penyamakan di Madras dan Bengali. Harganya tidak mahal, sepasang sepatu harganya sekitar setengah crown (mata uang Inggris) sepasang sepatu boot seharga 10 shilling, satu pelana 30-40 shiling, dan satu set perlengkapan berkuda untuk empat ekor kuda, harganya antara 10-12 pounds. Sumber : The History of Java karangan Thomas Stamford Raffles (1817), terjemahan Eko Prasetyoningrum dkk, Narasi Yogyakarta hal 109.

*) Agung Wicaksono
Staf pengajar jurusan Kriya Seni
Fakultas Seni Rupa
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

 
 
 
Powered By Blogger