50% Pekerja di industri alas kaki terancam PHK

Rabu, 16 Desember 2009

JAKARTA: Kalangan produsen alas kaki sedang mempertimbangkan untuk merumahkan 150.000 pekerja apabila implementasi Asean China Free Trade Agreement (AC-FTA) yang mulai berlaku pada awal tahun depan justru menekan kinerja industri ini.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko menegaskan industri alas kaki nasional merupakan salah satu sektor manufaktur yang berpotensi mengalami tekanan berat akibat penghapusan sejumlah pos tarif bea masuk dalam implementasi liberalisasi pasar Asean-China.

"Industri alas kaki nasional belum siap menghadapi AC-FTA, sehingga ada kemungkinan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) paling sedikit 30% dari total jumlah tenaga kerja yang berkisar 500.000 orang," katanya ketika dikonfirmasi, kemarin.

Dia menjelaskan tarif bea masuk produk sepatu olahraga (sport) ditetapkan 15% dan sepatu kulit 5%. Namun, pengenaan bea masuk 5%-15% tersebut tetap berpotensi menyebabkan industri alas kaki domestik kesulitan bersaing dengan produk asal China.

"Harga sepatu lokal lebih mahal dibandingkan dengan produk China. Dari total omzet pasar domestik Rp27 triliun, sekitar 50% di antaranya diisi barang impor. Dari nilai omzet impor ini, China menguasai 90% atau sekitar Rp12,5 triliun. Apabila AC-FTA dimulai, pangsa pasar produsen lokal bisa habis," lanjutnya.

Pada sisi lain, ujarnya, penguatan nilai rupiah terhadap dolar AS semakin menekan kinerja ekspor industri alas kaki nasional.

Eddy memperkirakan ekspor alas kaki pada tahun ini sulit mencapai target sebesar US$1,8 miliar.

"Total ekspor sepanjang 2009 kami prediksi lebih rendah sekitar 6% dari target. Sampai Agustus 2009, ekspor sepatu hanya mencapai US$1,182 miliar, atau turun 6% dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$1,26 miliar," paparnya.

Untuk itu, Aprisindo meminta implementasi AC-FTA ditunda sampai kondisi industri alas kaki siap. Namun, dia mengakui upaya tersebut sulit direalisasikan mengingat perjanjian AC-FTA ditandatangani seluruh negara anggota Asean.

"Kami hanya berharap agar masalah ini bisa dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah sehingga industri alas kaki tetap berkembang," jelasnya.

Namun, Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian Ansari Bukhari optimistis kinerja industri alas kaki pada 2010 lebih baik dibandingkan dengan 2009 kendati AC-FTA mulai diimplementasikan.

Oleh Yusuf Waluyo Jati
Bisnis Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
Powered By Blogger