Keuntungan Inseminasi Buatan Rp 52 Miliar

Rabu, 16 Desember 2009

Surabaya- Program inseminasi buatan tidak hanya memudahkan peternak dalam mendapatkan keturunan bagi sapinya, tapi juga meningkatkan harga jual. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro membuktikan bisa meraup keuntungan Rp 52 miliar setahun dari program inseminasi buatan.

”Salah satu program kami adalah inseminasi buatan dan ini terbukti membantu peternak,” ujar Bupati Bojonegoro, Suyoto, di sela seminar bertema Mendorong Peningkatan Usaha Pembibitan Sapi Menuju Swasembada Daging Nasional di Bank Jatim, Surabaya, Kamis (10/12).

Dijelaskannya, dalam program inseminasi buatan, kelahiran anak sapi lepas sapih untuk 26.000 ekor dengan harga masing-masing Rp 4 juta. Sehingga, totalnya menjadi Rp 104 miliar. Sedangkan bila kawin biasa harganya Rp2 juta, maksimal hasilnya hanya Rp52 miliar.

Dari selisih itu, inseminasi buatan telah memberi untung Rp52 miliar. Saat ini Pemkab Bojonegoro memang tengah fokus meningkatkan industri peternakan sapi. Hingga triwulan III-2009, populasi sapi di Bojonegoro mencapai 136.457 ekor, meningkat dari posisi 2008 yang sebesar 121.132 ekor. Pada 2007, populasi sapi di Bojonegoro hanya 93.657 ekor.

Untuk komoditas kambing, pada triwulan III-2009, populasinya mencapai 93.918 ekor, naik dibandingkan posisi akhir 2008 yang sebesar 68.901 ekor. Pada 2007, populasi kambing di Bojonegoro mencapai 66.251 ekor.

Sementara populasi domba pada triwulan III-2009 mencapai 93.918 ekor. "Kita ingin bangun Bojonegoro sebagai salah satu pusat pengembangan peternakan. Potensi untuk lahan dan sumber pakan cukup besar. Dari 223.000 hektare wilayah, 98.000 hektare di antaranya berupa hutan," tuturnya.

Untuk mendukung upaya tersebut, selain bantuan dari pemerintah pihaknya berharap industri pendukung peternakan juga ikut berkembang. Pasalnya, hingga saat ini baru sedikit yang melirik potensi bisnis ini. ”Belum banyak pebisnis yang menyediakan hijauan makanan ternak, pabrik pakan ternak ruminasi, dan pabrik pengolahan daging. Itu belum banyak dikembangkan,” ujarnya.

Selain itu, sambung dia, sejumlah potensi bisnis lainnya juga bisa dilirik, seperti pabrik pengolahan kulit sapi. ”Kita akan membuat konsep pengembangan industri peternakan yang terpadu, mulai dari pembibitan hingga pengolahan kulitnya. Jadi, tidak ada yang terbuang dari komoditas sapi,” jelasnya.

Sementara, menurut Yudi Guntara, Ketua Umum Pengurus Besar Sarjana Peternakan Indonesia, pengembangan peternakan menjadi industri atau agrobisnis masih banyak hambatan. ”Pembibitan kita masih banyak yang impor, padahal sapi bali, sapi madura sangat bagus juga,” katanya.

Selain itu, peternak saat ini masih sangat tradisional. Artinya mereka tidak menghitung keuntungan yang bisa diperoleh dari bisnis ini. ”Makanya pemerintah harus melakukan sosialisasi mengenai potensi peternakan dan membuka wawasan peternak agar bisa membuat industri sapi,” katanya.dya

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
Powered By Blogger